Senin, 03 Mei 2010

Yang Melata di Mata Sang Bocah



“Bagus ya, Kak. Uler apa ni namanya?”
“Sanca batik”
“Oo, batik… Kalo yang coklat ini?”
“Ini ular pelangi. Coba dielus, dipegang…”
“Pelangi ya…”


Wyna, bocah cilik menjelang kelas satu SD itu antusias betul. Matanya yang bening perpendar penuh rasa ingin tahu. Icha Cebong dari Lembaga Studi Ular SIOUX, dengan sabar menjawab semua tanya sang bocah. Mahluk-mahluk melata beraneka motif dan warna. Ruangan berpenerangan temaram di Museum Bank Mandiri, Kota Tua, Jakarta-Pusat, itu memang terlalu remang. Memberi kesan “wingit” pada interior gedung peninggalan Belanda yang masih terawat apik itu.

Tak ada ekspresi takut atau geli sedikit pun tergurat di wajah Wyna yang siang itu datang ditemani adiknya yang belum genap empat tahun, Iwa, dan kedua orangtua mereka. Iwa sama antusiasnya dengan sang kakak ketika Icha memperkenalkan beberapa ular milik SIOUX yang hari itu dipajang. Wyna adalah satu dari ratusan, atau seribuan, pengunjung yang melintas di stand SIOUX. Hari itu Icha ditemani Defry, Bintang, Deny, dan beberapa Muscle SIOUX lainnya.

Pada Sabtu dan Ahad, 17 - 18 April lalu, SIOUX memang berpartisipasi dalam sebuah acara bersama lebih dari tigapuluh komunitas sosial dan lingkungan hidup yang tersebar di Jakarta dan sekitarnya. Ada komunitas Bike to Work (B2W), Pecinta Astronomi, Komunitas 1001 Buku, Komunitas Musik, Pegiat Lingkungan, hingga komunitas batik dengan pewarna alami. Acara dihelat tanpa sponsor menjelang peringatan hari bumi. Komunitas-komunitas kecil ini dirasa memberikan energi positif di tengah tumpukan persoalan yang mendera Jakarta. Kemacetan, polusi, sampah, dan banyak lagi. “KumKum: Kumpul Yuk Kumpul! untuk Berbagi dan Berbuat”. Demikian panitia memberi judul acara dua hari yang meriah itu.

Saya datang bersama Qen dan bundanya yang tengah hamil. “Aku pengin lihat ular teman-teman Ayah, pengin pegang-pegang,” ujar Qen dengan mata berbinar. Hampir dua tahun lalu, dalam ajang pameran Flora dan Fauna, ia juga tampak senang bermain dengan ular koleksi sebuah pet shop. Di rumah, reptil peliharaan kami berupa lima ekor kura-kura dari tiga spesies. Qen menyebutnya Robert dan kawan-kawan. Tak ada seekor ular pun.

Dan hari itu, Qen berpuas-puas bermain dengan beberapa ular koleksi SIOUX. Melly Chan, bunda Qen, juga bisa ngobrol dengan sahabat-sahabat saya dari komunitas SIOUX. Melany (Imenk) misalnya, Ibu tiga anak yang tinggal di Bekasi ini selain mengoleksi sejumlah reptil, juga membuka pintu rumahnya lebar-lebar “menampung” ular temuan yang tak dikehendaki. Atau Dhiyan Savitri, perempuan fotografer penyuka travelling yang punya pengalaman digigit ular. “Hmm, ini kesayanganku,” ujarnya sembari mencium seekor Phyton reticulatus yang mencoba menyusup di celah jilbabnya.

Saya bersyukur bisa bergabung dalam Muscle SIOUX. Hasrat memperkenalkan rupa-rupa makhluk ciptaan-Nya yang luar biasa itu pada Qen, bisa tersalurkan. Makhluk melata yang sering dipahami secara salah kaprah oleh banyak orang. Blepp..blepp..blepp..!

1 komentar:

  1. Ha ha ha...
    Berarti saya cukup kecil untuk dapat bersembunyi dari pandangan Mas Prio...

    BalasHapus