Sabtu, 10 Juli 2010

Gasing Bambu yang Mengitari Dunianya Sendiri


Seorang sahabat memberiku gasing bambu buat anakku ketika senja layu. Gasing yang indah dengan lubang hitam dari galaksi yang belum terpetakan. Stephen Hawking niscaya dibuat kagum manakala satu postulat tatasurya rancangannya telah gugur karenanya.

Tapi tidak bagi putraku. Ia mendekap gasing itu dari malam ke malam. Hingga ke tubir mimpi.

Dalam mimpinya gasing pemberian sahabatku itu terus berputar. Memanen gravitasi dan menyedot segala saja yang ada di sekitarnya. Guling. Selimut. Kasur. Setruman nyamuk. Laptop yang masih menyala menunggu ditulisi puisi. Minyak kayu putih. Sajadah. Papan selancar. Sepeda gunung. Terakhir, menyedot aku dan istriku yang belum selesai bercumbu.


Buitenzoorg. 07.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar