Jumat, 09 Juli 2010

Perempuan yang Mengantarku Pulang Senja Itu (2)


Perempuan itu menjelma hujan sore tadi. Menawariku basah tepian musim yang tak mungkin menumbuhkan sekuntum kenanga di kebun benakku. Lelangit pekat. Seperti sekeping gulana di alisnya yang pekat dengan perdu berpucuk ungu. Tempat serangga menitipkan larva dan beranak pinak menjelma kupu.

Aspal masih lembab. Telanjang tanpa segumpil batu serupa onak di sela jari kakimu. Seperti telanjangmu ketika mengantarku pulang ke beranda waktu. Tuhan titip salam, kepadamu. Ujarnya diserta petir berulang kali.
Sampai di sebuah tikungan aku menatapnya untuk terakhir kali.
Ia menjelma api.

(Buitenzorg, July 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar