Kamis, 08 Juli 2010

Perempuan yang Mengantarku Pulang Senja Itu


Perempuan itu datang sebagai hujan. Bertamu kepadaku ketika senja mulai menepi. Ia ketuk pintu benakku tiga kali antara ragu dan rindu bertemu. Tapi engsel pintu kubiarkan kaku. Mengawali diam benakku ragu. Sebab aku cemas ia masih menggenggam halilintar. Yang hanya menjadikanku terhenyak dan kuyup. Juga terbakar.

Perempuan itu datang menjelma badai. Tempias ujung rambutnya melembabkan waktu. Tiba-tiba jam dinding berhenti berdetak begitu binar matanya menyandera mataku. Sampai aku tak sanggup melihat selain sekeping ingatan masa lalu.

Keretaku datang dan perempuan itu mulai melambai dari kejauhan. Perlahan dengan jemari lentik rinai hujan. Yang tak sanggup aku genggam.

Keretaku menjauh. Benakku berpeluh. Ketika hujan reda, perempuan itu pulang sebagai awan.

(Buitenzorg, July 2010)

2 komentar:

  1. Hi, Mamih Agil... these poetry writed at KRB but the inspirations came from the city of "Y"

    BalasHapus